PERUBAHAN
POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DIABETES MELITUS
Gaya
hidup modern dengan banyak pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat yang
semakin menyebar keseluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah penyakit degenerative. Diabetes Melitus (yang selanjutnya
disingkat DM) merupakan salah satu penyakit degenerative (Krisnatuti, 2008).
Penyakit
Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang sangat terkait dengan pola
makan. Pola makan merupakan gambaran mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh seseorang. Gaya hidup di perkotaan dengan pola diet
yang tinggi lemak, garam, dan gula, keseringan menghadiri resepsi/pesta,
mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan
mengakibatkan berbagai penyakit termasuk DM. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
SEJARAH
PENYAKIT DIABETES MELITUS
Pada
1552 SM (Sebelum Masehi), di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan sering
kencing dan dalam jumlah yang banyak (yang disebut dengan poliurial) serta
penurunan berat M badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada 400
SM, seorang penulis India yang bernama Sushratha menyebut penyakit tersebut
dengan “penyakit kencing madu” (honey urine disease).Nama penyakit tersebut
dikenal luas di kalangan niasyarakat dunia dan sangat populer di kalangan medis
pada masa itu. Seiring perjalanan waklu, pada 200 SM tersebutlah Aretaeus yang
memberi nama penyakit tersebut dengan “diabetes mellitus”.
Diabetes berarti “mengalir terus” dan Mellitus berarti “rnanis”. Penamaan
tersebut berdasarkan ciri-ciri yang terjadi pada penderitanya. Disebut Diabetes
karena penderita minum terus- menerus dan dalam jumlah yang banyak (atau
polidipsia), yang kemudian “mengalir terus” berupa air seni (urine);
sedangkanpenyebutan Mellitus berdasarkan pada fakta air seni penderita
mengandung gula (manis).
Pada
dasarnya, DM terjadi karena tubuh Anda kekurangan hormon insulin atau hormon
insulin yang ada tidak mencukupi kebutuhan, atau tidak dapat bekerja normal.
Padahal hormon insulin mempunyai peranan utama untuk mengatur kadar glukosa (=
gula) di dalam darah menjadi sekitar 60-120 mg/ dL pada waktu puasa dan di
bawah 200 mg/dL pada dua jam sesudah makan.
Penyakit
DM tercantum dalam urutan nomor empat dari prioritas penelitian nasional untuk
penyakit degenerative setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan
geriatrik (Krisnatuti,2008). Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah
Diabetes Melitus tipe 2 (Sudoyo, 2007). Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM
tipe2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Indonesia
berada diperingkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika
Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, angka prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di
provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti
Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5persen). Prevalensi diabetes mellitus terendah
ada di pro vinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8persen). Prevalensi
Diabetes di Sulawesi Utara berdasarkan profil kesehatan provinsi SULUT tahun
2008 di dapatkan angka lebih tinggi di tingkat provinsi SULUT(1,6%) daripada
angka nasional(1,0%). Penyakit ini tersebar di seluruh kabupaten dan kota di
SulawesiUtara,dengan prevalensi tertinggi di kota Manado.
kematian pada tahun 1994, 1998, 2000, dan pada tahun 2010.